Sabtu, 21 September 2013

Posted by macippa On 10.59
tak mampu aku uraikan dengan kata-kata yang tepat pada malam itu.... aku hanya mampu menyukuri karunia Allah atas usahaku selama ini untuk mewujudkan keinginan ibuku, supaya aku bisa wisuda oktober tahun ini, terimakasih ya Allah meskipun dengan tertatih aku meraihnya, namun engkau senantiasa mengabulkannya

detik-detik penentuan tanggal 20 September memintaku untuk melakukan sebuah perjalanan. aku harus melalui perjalanan dimulai dari sekaran- mranggen (demak)- manyaran dan pulang lagi ke sekaran untuk menyelesaikan administrasiku, sudah tak ada pilihan lagi, selagi aku berjalan aku bertanya pada diriku sendiri motivasi terbesar apa yang mampu menggerakkan sistem kerja ini untuk memperjuangkan tanggal 20 september???? yang aku ingat ibuku... Allah yang melihatku dan orang-orang yang memberiku perhatian dan kepeduliannya selama ini.

tubuhku lemas tak mampu memikirkan yang lain..... hanya dengan mengingat orang yang kucintai dan ridho dari Allah aku sampai.... kuawali perjalananku menuju mranggen mulai pukul 17.00 sampai waktu maghrib tiba saya masih dalam perjalanan... sempat keliru arah, namun saya langsung menanyakan arah pada orang sekitar... pada tukang becak, penjual gorengan, penjual nasi goreng, tukang parkir, tukang ojek, ibu yang pulang dari warung, dan ibu yang sedang didalam rumah pun tak tanya.... bahkan sepasang penganten baru (seperinya, karena berjalan kaki di tepi jalan dengan mesranya). saya terus maju dan tidak mengenal kata menyerah...

sampai pada sepanjang jalan  menanjak di daerah  TVRI. Subhanallah... Allah menunjukkan kebesarannya dengan menampakkan bulan purnama dengan rona memerah di tengah lelahku. aku terpesona melihatnya, begitu indah.... sampai aku melupakan lelahku sehingga mampu mensyukuri perjalanan indah ini, Allah begitu menyayangiku hingga ia memunculkan bulan indah di tengah lelah perjalananku dengan gelap malam dan kelip kota semarang di daerah dataran tinggi mranggen. so wonderfull... 


dan setelah tahap demi tahap kulalui, Alhamdulillah dengan izin Allah aku dipermudah untuk berkesempatan mengikuti upacara wisuda bulan oktober tahun 2013... Alhamdulillah hirabbil alamiin... 

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. Dan kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).”
(QS. An-Najm: 39-42).

“Allah SWT mencela sikap lemah dan tidak bersungguh-sungguh. Kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan, namun jika kamu tetap terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu berucap ‘cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Allah sebaik-baik pelindung.”
 (HR. Abu Dawud).

Kamis, 12 September 2013

Posted by macippa On 18.53

TIDAK dapat dipungkiri pembiayaan bermasalah (non performing financing/ NPF) perbankan syariah jauh lebih kecil dari kredit bermasalah di per­bankan konvensional.


Presdir KARIM Business Consulting
"NPF perbankan
syariah memerlukan
perhatian khusus
agar tidak terus
memburuk mendekati
NPL perbankan
konvensional."
Data Bank Indonesia (BI) secara jelas menunjukkan perbedaan sig­nifikan, bahkan selama hampir satu setengah dekade NPF perbankan syariah hanya separuh NPL (non performing loan) di perbankan kon­vensional.
Kalaupun ada pergerakan naik NPF secara signifikan, itu terjadi pada akhir semester II2005. Ketika itu, NPF perbankan syariah naik dari kisaran 2% menjadi 3,8%, atau hampir dua kali lipat.
Hal ini menimbulkan kegusaran meskipun bila dibandingkan NPL perbankan konvensional, NPF itu jauh lebih kecil. Kegusaran ini mendorong praktisi perbankan syariah mendesak Dewan Syariah Nasional (DSN) mengeluarkan fatwa tentang rescheduling, reconditioning, asset settlement, dan konversi akad.
Dengan berbekal fatwa tersebut, perbankan syariah mulai berbenah diri dengan melakukan proses restrukturisasi terhadap pembiayaan bermasalah.
Hasilnya dapat terlihat pada akhir Desember 2005. Menggabungkan fatwa sebagai panduan untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah dan tangan dingin bankir syariah, NPF turun drastis ha­nya dalam waktu tiga bulan.
Jika pada Oktober 2005 NPF mencapai level tertinggi, pada akhir Desember 2005 turun kembali pada kisaran 2,5%-2,8%.
Pada kuartal 12006, NPF perban­kan syariah kembali naik walau ti­dak setinggi posisi Oktober 2005. Kenaikan NPF di awal tahun lazim bagi pembiayaan yang baru selesai direstrukturisasi.
Pertama, di awal tahun, perban­kan belum melakukan ekspansi pembiayaan padahal outstandingpembiayaan semakin menurun de­ngan adanya cicilan selama Januari, Februari, dan Maret. Dengan demikian, total pembiayaan mengalami penurunan, yang berarti pembilang dalam rasio NPF semakin mengecil.
Dengan nilai pembiayaan berma­salah yang sama saja sebagai penyebut dan nilai pembiayaan yang semakin mengecil sebagai penyebut, posisi NPF akan membesar.
Kedua, semua rekening yang telah berhasil direstrukturisasi di akhir 2005 bisa jadi mengalami kesulitan kembali mengingat tinggi-nya tingkat suku bunga BI rate dan bunga penjaminan.
Secara langsung memang tidak ada kaitan dengan perbankan sya­riah, namun secara tidak langsung kaitan itu terasa signifikan. Debitur perbankan syariah kebanyakan memperoleh pula kredit dari per­bankan konvensional.
Tingginya bunga kredit pada le­vel hampir sama dengan bunga pa­da akhir 2005 jelas menguras kemampuan debitur. Akibatnya, ke-mampuan membayar cicilan pembiayaan praktis terganggu. Dengan kata lain, nilai pembiayaan bermasalah yang pada akhir 2005 telah berhasil direstrukturisasi, kini kem­bali memburuk.
Bila pada skenario nilai pembia­yaan bermasalah tetap saja, posisi NPF akan membesar. Apalagi bila pada skenario nilai pembiayaan bermasalah meningkat, tentunya NPF meningkat.
Ketiga, secara organisasi belum terdapat perubahan signifikan dalam pendistribusian wewenang un­tuk memonitor kinerja setiap ca­bang bank syariah, terutama pada bank-bank yang mempunyai jaringan cabang di seluruh Indonesia.
Perhatian khusus
Dengan luasnya cakupan monito­ring, biasanya bank memiliki kan­tor wilayah untuk membantu pro­ses supervisi semua cabang. Dalam hal cabang syariah, kantor wilayah belum dilengkapi dengan keahlian syariah memadai sehingga peran kantor wilayah untuk mensupervisi cabang syariah praktis dilakukan oleh kantor pusat.
Luasnya jangkauan supervisi ini tentu dapat membuka celah kesempatan bagi cabang syariah untuk kurang memerhatikan praktik pru­dential banking.
Bila dilihat dari ketiga aspek ter­sebut, kenaikan NPF perbankan syariah memerlukan perhatian khusus agar tidak terus memburuk mendekati NPL perbankan kon­vensional. Yang menarik adalah, ni­lai pembiayaan bermasalah yang timbul di perbankan syariah tidak identik dengan kategorisasi pem­biayaan korporasi atau pembiayaan ritel.
Kita tidak dapat secara apriori mengatakan.bahwa memburuknya NPF perbankan syariah akibat sektor korporasi atau akibat sektor ri­tel. Karena keduanya mengalami kenaikan pembiayaan bermasalah.
Sektor korporasi selalu menjadi momok karena nilainya yang besar akan langsung memengaruhi tren NPF secara keseluruhan. Sektor ri­tel memang jumlahnya kecil-kecil sehingga secara logika tidak signi­fikan memengaruhi NPF. Kenyataannya, sektor ritel juga member^ kan kepada kelompok individu dalam satu kategori industri yang sama.
Ambil contoh industri angkutan umum. Pertama, industri ini telah mengalami perubahan radikal yakni harga tiket pesawat menjadi sa-ngat murah.
Pengusaha bus antarkota yang menerima pembiayaan tentu sangat terpukul oleh perubahan ini. Orang lebih memilih naik pesawat ketimbang harus berlama-lama naik bus antarkota.
Kedua, pembiayaan yang diberikan kepada pengusaha angkot sering kali ditentukan oleh keluarnya izin trayek ketimbang permintaan riil jasa angkutan perkotaan.
Keadaan ini mendorong tersedianya angkot yang melebihi kebutuhan riil. Kelebihan suplai angkot ini tentu menurunkan pendapatan pengusaha yang pada gilirannya menurunkan kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban kepa­da perbankan syariah. (S-3)

Senin, 09 September 2013

Posted by macippa On 03.36
"keputusan yang terbaik kita belum tentu keputusan terbaik bagi Allah, maka dengan meningkatkan ibadah ketikla kita akan mengambil sebuah keputusan insyallah itu adalah hasil keputusan yang allah ridho"

begitulah salah satu nasehat saudara saya, supaya saya meningkatkan ibadah ketika saya ingin memutuskan sebuah pilihan..., dalam mempersiapkan masa transisi ini rasanya saya haus akan nasehat... ada yang bilang ingat Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus... saya agak sulit menelannya mentah-mentah saya pikir hanya sekedar mengingat Allah maka berarrti saya telah melakukannya. kemudian saya menemukan arti sebenarnya ketika saya mengikuti holaqoh...

Allah dulu maknanya ketika kita menghadapi musibah, perumpamaannya ketika kita menghadapi sandal putus pun maka yang pertama kali kita ucap dan ingat adalah  Allah... maka seketika itu kita minta diberi solusi dari Allah dengan berdzikir kepadanya dan terus dimintai kesabaran dan istikomah oleh Allah dalam menjalaninya,,, maka tiada lain hanya Allah yang terus ada dalam pikiran ini.

begitu juga ketika kita memutuskan sebuah pilihan, sebaiknya kita mengikutkan Allah supaya apa yang kita putuskan juga sesuai dengan kehendak Allah,,,,

ada hadist yang mengatakan bahwa, jika Allah mencintai hambanya  maka Dia menjadi panca indra makhluk yang ia cintai.... sehingga makhluk yang dicintainya memiliki bashor yang tajam....

salah satu cara mengikutsertakan Allah dalam keputusan kita yaitu dengan sholat istikharoh ketika kita akan memutuskan sebuah pilihan. dan sebelum benar-benar memutuskan pilihan itu maka mintalah doa restu dari orang tua kita. :)