semangat mengerjakan skripsi saya muncul. setelah sekian lama saya ogah-ogahan dalam mengerjakannya. saya berharap skripsi saya segera selesai dan dapat ujian bulan juni ini. tidak mudah memang, butuh usaha dan komitment kasta tinggi. kewajiban saya yang satu ini harus segera terselesaikan. Aamiin.
akhir-akhir ini saya tertarik di dunia kepenulisan, sekedar menulis harian pendek tentang kehidupanku sehari-hari, ternyata ngefek pada perasaan yang lebih tenang.
well... saya berharap catatan-catatan pendek ini bisa diambil manfaatnya oleh pembaca. ngomong-ngomong tentang manfaat saya teringat akan kejadian yang beberapa waktu terjadi. ini tentang rasa syukur atas teguran allah lewat bahasa alam.
tanggal 3-4 Juni kemarin saya dipercaya sebagai surveyer Calon Bidik Misi (BM) Unnes, banyak hal yang dapat saya ambil manfaatnya. luar biasa. disis lain saya bisa bertaaruf lebih dekat dengan partner saya (sebut saja) namanya bunga. ceritanya bermula pada saat pagi gerimis dan mendekati hujan. kami sudah bertekad bulat untuk memulai survey pada hari itu juga, apapn halang rintang yang akan kita terjang. kami siap.
sampai pada daerah setelah krapyak ban bocor, dan harus diganti, hal ini tidak disadari oleh kami, melainan ibu pengendara yang ada dibelakang kami, pada waktu itu situasi macet, gerimis dan.... kami dikejar target. kami putuskan untuk menepi dan mengganti ban. kami sepakat bahwa ini rencana Allah supaya kita berhenti untuk sholat dzuha, dan ternyata ketika kami sholat dzuha hujan semakin deras... kami bersyukur oleh teguran ban bocor.
setelah selesai menambal kami meneruskan perjalanan sampai pada CBS (Calon Bidik Misi) pertama. sebelumnya kami bertanya pada warga dan teman saya yang tinggal di daerah itu (sidorejo). singkat cerita ibu dari orang tua CSB mengaku tidak mampu, karena kekayaan yang ada milik neneknya, seperti ini salah satu naskah hasil visiting kami:
"Ibu tinggal dirumah sendiri?"
"iya, tapi yang sebelah yang ada tamnnya itu punya simbah"
"Ooo... nggeh, ibu listriknya pake punya sendiri?"
"Bukan punya simbah, dipake bareng memang"
"ibu ada motor? berapa?"
"ada tiga, satu adek, bapak, dan punya simbah"
"punya mobil ibuk?" "punya, tapi... punya simbah"
"tanah yang didiami ini punya siapa?"
"simbah"
"sawah ada?"
"ada, punya simbah"
kesimpulannya semua punya simbah...
kami berdua berfikir, simbahnya kaya banget....
dan akhirnya visiting rumah pertama kami cukupkan dan lanjut to the next target.
kami langsung melaju teratur ke arah tersono, disana kami melewati jalan terjal hujan dan HP tanpa sinyal. sampai tersono menepati waktu dzuhur, dan kami langsung menikung ke arah masjid pasar tersono. disana kami bertanya peta arah rumah target. lucunya, ketika saya masih memakai jaket yang menutupi almamater saya dan saya berbahasa krama ibunya biasa saja, dan ketika saya mencopot jaket dan terlihat almamater unnes saya alih-alih ibunya langsung berbahasa indnesia dan terlihat exited terhadap kami berdua....
dan setelah berbincang sedikit di masjid kami memutuskan ke kantor camat untuk meminta peta lokasi yang lebih bertanggung jawab (pikirku) namun, semua diluar dugaan, pak camat malah mengantarkan kami berdua sampai tujuan dalam perjalanan ke rumah target kami melewati kebun, lembah dan kabut, untung keadaan hanya mendung sehingga jalan relatif mudah dilalui meskipn agak sempit dan berbelok-belok. sampailah pada rumah target, ternyata target kedua kami adalah anak pak lurah desa (yang notabene lurah biasanya orang mampu) mncullah tanda tanya besar diantara saya dan bunga.(bersambung)
akhir-akhir ini saya tertarik di dunia kepenulisan, sekedar menulis harian pendek tentang kehidupanku sehari-hari, ternyata ngefek pada perasaan yang lebih tenang.
well... saya berharap catatan-catatan pendek ini bisa diambil manfaatnya oleh pembaca. ngomong-ngomong tentang manfaat saya teringat akan kejadian yang beberapa waktu terjadi. ini tentang rasa syukur atas teguran allah lewat bahasa alam.
tanggal 3-4 Juni kemarin saya dipercaya sebagai surveyer Calon Bidik Misi (BM) Unnes, banyak hal yang dapat saya ambil manfaatnya. luar biasa. disis lain saya bisa bertaaruf lebih dekat dengan partner saya (sebut saja) namanya bunga. ceritanya bermula pada saat pagi gerimis dan mendekati hujan. kami sudah bertekad bulat untuk memulai survey pada hari itu juga, apapn halang rintang yang akan kita terjang. kami siap.
sampai pada daerah setelah krapyak ban bocor, dan harus diganti, hal ini tidak disadari oleh kami, melainan ibu pengendara yang ada dibelakang kami, pada waktu itu situasi macet, gerimis dan.... kami dikejar target. kami putuskan untuk menepi dan mengganti ban. kami sepakat bahwa ini rencana Allah supaya kita berhenti untuk sholat dzuha, dan ternyata ketika kami sholat dzuha hujan semakin deras... kami bersyukur oleh teguran ban bocor.
setelah selesai menambal kami meneruskan perjalanan sampai pada CBS (Calon Bidik Misi) pertama. sebelumnya kami bertanya pada warga dan teman saya yang tinggal di daerah itu (sidorejo). singkat cerita ibu dari orang tua CSB mengaku tidak mampu, karena kekayaan yang ada milik neneknya, seperti ini salah satu naskah hasil visiting kami:
"Ibu tinggal dirumah sendiri?"
"iya, tapi yang sebelah yang ada tamnnya itu punya simbah"
"Ooo... nggeh, ibu listriknya pake punya sendiri?"
"Bukan punya simbah, dipake bareng memang"
"ibu ada motor? berapa?"
"ada tiga, satu adek, bapak, dan punya simbah"
"punya mobil ibuk?" "punya, tapi... punya simbah"
"tanah yang didiami ini punya siapa?"
"simbah"
"sawah ada?"
"ada, punya simbah"
kesimpulannya semua punya simbah...
kami berdua berfikir, simbahnya kaya banget....
dan akhirnya visiting rumah pertama kami cukupkan dan lanjut to the next target.
kami langsung melaju teratur ke arah tersono, disana kami melewati jalan terjal hujan dan HP tanpa sinyal. sampai tersono menepati waktu dzuhur, dan kami langsung menikung ke arah masjid pasar tersono. disana kami bertanya peta arah rumah target. lucunya, ketika saya masih memakai jaket yang menutupi almamater saya dan saya berbahasa krama ibunya biasa saja, dan ketika saya mencopot jaket dan terlihat almamater unnes saya alih-alih ibunya langsung berbahasa indnesia dan terlihat exited terhadap kami berdua....
dan setelah berbincang sedikit di masjid kami memutuskan ke kantor camat untuk meminta peta lokasi yang lebih bertanggung jawab (pikirku) namun, semua diluar dugaan, pak camat malah mengantarkan kami berdua sampai tujuan dalam perjalanan ke rumah target kami melewati kebun, lembah dan kabut, untung keadaan hanya mendung sehingga jalan relatif mudah dilalui meskipn agak sempit dan berbelok-belok. sampailah pada rumah target, ternyata target kedua kami adalah anak pak lurah desa (yang notabene lurah biasanya orang mampu) mncullah tanda tanya besar diantara saya dan bunga.(bersambung)